H. Suhartanto, SE., Ketua KUD Sembada Kabupaten Pasuruan |
Sekitar tahun 596 M sampai dengan tahun 600-an M ada seorang pemdua yang sibuk berniaga dengan membawa kabilah (rombongan) yang membawa bahan-bahan pakaian. Pemuda itu berniaga dari satu pasar ke pasar lainnya, dari satu Negara ke Negara lainnya.
Ternyata pengusaha muda itu betul-betul sukses dalam usaha dagangnya. Itulah pemuda yang bernama Muhammad bin Abdillah dari suku Quraisy yang lahir di Mekkah pada tahun 571 M. sekiranya Muhammad itu masih belum diangkat menjadi seorang nabi, mungkin saja akan ikut pameran bordir di alun-alun Bangil ini.
Bahkan ketika masih anak-anak, Muhammad sudah mulai mencari upah sendiri dengan mengembala kambing. Sebagaimana maklum, bahwa Muhammad kecil sudah yatim piatu di usia 6 tahun. Di mana kemudian ketika Muhammad besar mencapai usia 40 tahun, beliau harus mulai « mengembalal « umatnya yang hidup di akhir zaman, termasuk kita-kita ini yang menjadi umatnya. Artinya, kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW dibina menuju pada jalan kebenaran berdasarkan ajaran tauhid dan syariah Islam.
Itu artinya bahwa apa yang dilakukan oleh masyarakat Bangil dan sekitarnya yang memproduksi dan memasarkan bahan-bahan pakaian sesuai dengan keadaan pasar sekarang ternyata pada 15 abad yang silam sudah dirintis oleh Muhammad bin Abdillah. Saya perlu menekankan kilas balik (setback) perjalanan hidup beliau dengan harapan bahwa apa yang kita lakukan ini akan membawa manfaat dunia dan akhirat.
Harapan saya, mereka yang modal dapat mengusahakan bordir dengan segala macam variasi dan kelengkapannya sehingga bisa menyerap tenaga kerja yang sebanyak- banyak. Tentu saja juga harus diimbangi dengan pasar yang jelas dan pasar yang bisa mengembangkan usaha bordir ini. Termasuk ekspor ke negara-negara yang merupakan pasar potensial dari produk bordir ini.
Semakin besar usaha bordir di Bangil dan sekitarnya maka semakin banyak pula tenaga kerja yang akan diserap. Insyaallah hal itu akan membawa manfaat dunia dan akhirat. Sebab kita sebagai seorang Muslim tidak cukup hanya ikut Tarawih, naik haji, sitighotsah, tahlilan dan diba’an. Dunia juga harus dipikirkan.
Allah memerintahkan kepada kita untuk menciptakan kemakmuran di muka bumi ini. Maka Nabi Muhammad SAW yang juga pernah mennadi seorang pengusaha dikala mudanya – mungkin karena pengalaman beliau dan juga hidayah dari Allah memberikan pesan kepada kita.
Ini merupakan konsep kehidupan yang lengkap dan ideal. Karena itu, kita tidak sepatutnya hanya mengatakan bahwa „dunia iut penjara bagi orang Muslim“. Semestinya kita sampaikan bahwa dunia ini merpakan tempat menanam untuk dipanen di akhirat kelak
Mohon ini dipahami. Jangan sampai terlalu sempit berfikir. Ayo, kenapa ? Kalau tidak begitu kenana Nabi memberikan contoh kehidupan yang diawal dari menggembala kambing sampai berdagang di pasar ?
Tapi waktu itu jarak pasarnya sangat jauh dan jumlah manusia sangat sedikit. Muhammad ber-dagang dari Mekkah ke Syiria dan dari Syiria ke Negara lain. Itulah yang dilakukan oleh Nabi mulai dari umur 25 tahun sampai menjelang 40 tahun.
Begitu suksesnya perniagaan yang dilaksanakan oleh Muhammad – dengan manajemen yang bagus sampai sampai juragane (saudagarnya) yang bernama Khadijah kesengsem (tertarik) kepada Muhammad. Gayung bersambut, maka dilamarlah Muhammad oleh Khadijah dan merekapun menikah. Saat menikah, Muhammad baru berusia 25 tahun sedangkan Khadijah berusia 40 tahun.
Jelaslah bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki kelebihan yang hebat dalam hal bisnis. Mengapa hal itu tidak kita tiru?
Ternyata pengusaha muda itu betul-betul sukses dalam usaha dagangnya. Itulah pemuda yang bernama Muhammad bin Abdillah dari suku Quraisy yang lahir di Mekkah pada tahun 571 M. sekiranya Muhammad itu masih belum diangkat menjadi seorang nabi, mungkin saja akan ikut pameran bordir di alun-alun Bangil ini.
Bahkan ketika masih anak-anak, Muhammad sudah mulai mencari upah sendiri dengan mengembala kambing. Sebagaimana maklum, bahwa Muhammad kecil sudah yatim piatu di usia 6 tahun. Di mana kemudian ketika Muhammad besar mencapai usia 40 tahun, beliau harus mulai « mengembalal « umatnya yang hidup di akhir zaman, termasuk kita-kita ini yang menjadi umatnya. Artinya, kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW dibina menuju pada jalan kebenaran berdasarkan ajaran tauhid dan syariah Islam.
Itu artinya bahwa apa yang dilakukan oleh masyarakat Bangil dan sekitarnya yang memproduksi dan memasarkan bahan-bahan pakaian sesuai dengan keadaan pasar sekarang ternyata pada 15 abad yang silam sudah dirintis oleh Muhammad bin Abdillah. Saya perlu menekankan kilas balik (setback) perjalanan hidup beliau dengan harapan bahwa apa yang kita lakukan ini akan membawa manfaat dunia dan akhirat.
Harapan saya, mereka yang modal dapat mengusahakan bordir dengan segala macam variasi dan kelengkapannya sehingga bisa menyerap tenaga kerja yang sebanyak- banyak. Tentu saja juga harus diimbangi dengan pasar yang jelas dan pasar yang bisa mengembangkan usaha bordir ini. Termasuk ekspor ke negara-negara yang merupakan pasar potensial dari produk bordir ini.
Semakin besar usaha bordir di Bangil dan sekitarnya maka semakin banyak pula tenaga kerja yang akan diserap. Insyaallah hal itu akan membawa manfaat dunia dan akhirat. Sebab kita sebagai seorang Muslim tidak cukup hanya ikut Tarawih, naik haji, sitighotsah, tahlilan dan diba’an. Dunia juga harus dipikirkan.
Allah memerintahkan kepada kita untuk menciptakan kemakmuran di muka bumi ini. Maka Nabi Muhammad SAW yang juga pernah mennadi seorang pengusaha dikala mudanya – mungkin karena pengalaman beliau dan juga hidayah dari Allah memberikan pesan kepada kita.
Ini merupakan konsep kehidupan yang lengkap dan ideal. Karena itu, kita tidak sepatutnya hanya mengatakan bahwa „dunia iut penjara bagi orang Muslim“. Semestinya kita sampaikan bahwa dunia ini merpakan tempat menanam untuk dipanen di akhirat kelak
Mohon ini dipahami. Jangan sampai terlalu sempit berfikir. Ayo, kenapa ? Kalau tidak begitu kenana Nabi memberikan contoh kehidupan yang diawal dari menggembala kambing sampai berdagang di pasar ?
Tapi waktu itu jarak pasarnya sangat jauh dan jumlah manusia sangat sedikit. Muhammad ber-dagang dari Mekkah ke Syiria dan dari Syiria ke Negara lain. Itulah yang dilakukan oleh Nabi mulai dari umur 25 tahun sampai menjelang 40 tahun.
Begitu suksesnya perniagaan yang dilaksanakan oleh Muhammad – dengan manajemen yang bagus sampai sampai juragane (saudagarnya) yang bernama Khadijah kesengsem (tertarik) kepada Muhammad. Gayung bersambut, maka dilamarlah Muhammad oleh Khadijah dan merekapun menikah. Saat menikah, Muhammad baru berusia 25 tahun sedangkan Khadijah berusia 40 tahun.
Jelaslah bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki kelebihan yang hebat dalam hal bisnis. Mengapa hal itu tidak kita tiru?
Posting Komentar
Posting Komentar