PACITAN,Surya Indo 
Desa Sirnoboyo, Kecamatan/Kabupaten Pacitan mendapatkan penghargaan sebagai terbaik kategori utama bidang inovasi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana Lomba Desa/Kelurahan Tangguh Bencana Tingkat Provinsi Jatim tahun 2017.
Penghargaan tersebut diberikan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo kepada Bupati Indartato saat usai inspektur upacara di Tugu Pahlawan Surabaya, Kamis (12/10/2017).
Usai mendapatkan penghargaan, yang telah dicapai Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo pada tahun lalu dan Desa Sirnoboyo di tahun 2017 hendaknya menjadi penyemangat untuk desa-desa lainnya. Khususnya dalam hal tanggap bencana.
Terlebih Pacitan menjadi salah satu kawasan dengan potensi bencana alam beragam. Mulai banjir, tanah longsor, kekeringan, serta gempa bumi dan gelombang tsunami.
“Agar desa-desa lain dapat menjadi desa tangguh bencana. Sebagai bagian dari program pemerintah dalam pengurangan resiko bencana,” tandasnya.

Lomba desa tangguh bencana merupakan kompetisi rutin yang digelar setiap tahun guna mendorong kesiapan warga dan pemangku kepentingan di daerah yang berada di kawasan rawan bencana. Pada tahun ini, lomba desa tangguh bencana tingkat Jatim diikuti 19 kabupaten/kota.
Di Pacitan, Pemkab Pacitan sendiri memang tengah mengembangkan desa tangguh bencana untuk menanggulangi gempa, tsunami, banjir, rob, tanah longsor dan La Nina.
Ada empat desa tangguh bencana yang berada di pesisir Pacitan. Tiga di antaranya di wilayah Kecamatan Pacitan, yaitu Sirnoboyo, Kembang, dan Sidoharjo. Selain itu, Watukarung di Kecamatan Pringkuku dan Taman di Kecamatan Ngadirojo.
Program tersebut telah dirintis sejak 2013,  seiring dengan kebijakan nasional. Menurut Tri, desa tangguh merupakan salah satu langkah yang dilakukan pemerintah setempat menghadapi bencana alam yang potensinya tinggi.
Desa Sirnoboyo sendiri terletak di belahan timur Kecamatan Kota. Sebagian besar lahannya berupa hamparan sawah dan sisanya merupakan lahan pesisir. Hanya sebagian kecil wilayah dimanfaatkan untuk hunian.
Letak Desa Sirnoboyo berada di tepu Sungai Grindulu serta anak sungainya bernama Jelok. Kondisi itu menjadikan Sirnoboyo kawasan produktif untuk budi daya pertanian. Namun sekaligus rawan banjir. Belum lagi ancaman tsunami dari Samudera Hindia yang merupakan batas desa di bagian selatan.
Seiring laju teknologi, pemanfaatan sistem komunikasi modern menjadi bagian integral bagi upaya pengurangan risiko mencana.
Dalam hal kesiapsiagaan masyarakat selama ini cukup teruji. Terlebih dengan keberadaan para relawan selalu berada di garda depan dalam upaya mitigasi maupun pembentukan masyarakat tanggap bencana.
Penanganan sektor kebencanaan tentu saja harus dilakukan terpadu dan berkesinambungan. Peningkatan kapasitas warga dalam menghadapi risiko bencana harus berbanding lurus dengan kebijakan pembangunan yang berpihak pada upaya pengurangan risiko.
Oleh karena itu, menurut Kepala Desa Sirnoboyo, Arifin beberapa waktu lalu, isu kebencanaan menjadi salah satu bagian strategis perencanaan di desa yang dipimpinnya.
”Di samping kita ada relawan yang kita bentuk di kelompok-kelompok masyarakat di tingkat RT, Dusun, dan di tingkat desa di situ juga berisi program-program kegiatan pembangunan yang memang mengarah pada mitigasi bencana,”ujarnya.
Sirnoboyo merupakan salah satu potret Desa Tangguh Bencana di Kabupaten Pacitan. Di wilayah berpenduduk 1.310 Kepala Keluarga telah terbentuk jejaring informasi mandiri antarwarga. Komunitas tersebut bukan sekadar saling tukar informasi kebencanaan melainkan juga wahana membangun kebersamaan dalam memupuk jiwa siaga bencana. (wan/si/pctn)

Posting Komentar

 
Top