Warga Keluhkan Dampak Pembakaran Gas Suar Blok Cepu
Bojonegoro, Surya Indo
Aktivitas pembakaran gas suar bakar (flaring) di tapak sumur (well pad) B Banyu Urip Blok Cepu bervolume gas 23 Milion Standart Cubic Feed For Day (MMSCFD) oleh operator Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL) meningkatkan suhu.
Hal itu membuat warga Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro yang tak jauh dari lokasi flaring merasa gerah.
Desa itu di antara desa lain penghasil minyak dan gas bumi lapangan minyak dan gas (migas) Banyu Urip Blok Cepu di Bojonegoro.
Seorang warga Dusun Ledok, Desa Mojodelik yang rumahnya berjarak sekitar 500 meter dari lokasi flaring well pad B Banyu Urip Blok Cepu, Darmin (50), mengeluhkan hal itu.
Menurutnya, sejak ada aktivitas flaring, ia dan warga lainya merasa tak nyaman. Warga merasakan suhu meningkat dan membuat kondisi tubuh warga gerah.
“Kalau malam kami sulit tidur. Sapi saya juga sulit istirahat karena kepanasan,” terang Darmin, Rabu (20/5/2015).
Ia menambahkan, pada malam hari api dari flaring itu terlihat besar dan terang. Flaring itu juga menimbulkan suara gemuruh keras mengganggu warga dusun.
Katanya, warga sudah tidak betah hidup di sana, namun mereka tidak bisa apa-apa karena tak punya tanah di tempat lain.
“Pembakaran gas suar itu juga menimbulkan bau tidak sedap seperti telur busuk,” ujar Darmin.
Camat Gayam, Hartono membenarkan terjadinya dampak kegiatan flaring di well pad B Banyu Urip Blok Cepu.
Menurut dia bakal ada tim dari Pemkab Bojonegoro mengkaji dampak kegiatan flaring.
Hartono membenarkan, flaring itu juga memengaruhi perubahan suhu.
“Memang panas, tidak tahu lagi setelah flaring 23 MMSCFD sampai 70 MMSCFD nanti,”
ungkapnya. (tri)
Posting Komentar
Posting Komentar