Pasuruan, Surya Indo
Bangsa Indonesia sejak zaman dahulu sudah punya kesenian-kesenian tradisional yang merupakan warisan nenek moyang kita. Bahkan ketika Sunan Kalijaga menyebarkan agama
Islam kepada penduduk di Jawa Tengah, beliau memanfaatkan seni tradisional untuk kepentingan dakwah Islamiyah. Sunan Kalijaga benar-benar arif dalam beradaptasi dengan tradisi yang ada, khususnya di tanah Jawa dan pulau-pulau sekitar jelas orang no. satu di Kabupaten Pasuruan.
Begitu pula para mubaligh dari Yaman yang datang ke Samudra Pasai (Aceh), Celebes (Sulawesi), Borneo (kalimantan) juga jangan lupa kesenian tradisional yang berkembang
dalam masyarakat. Oleh karena itu saudara bangsa Indonesia kita menginginkan agar kesenian tradisional itu tetap langgeng dan lestari dari satu generasi ke generasi. Dengan demikian kesenian tradisional tidak akan kegeser sejengkalpun oleh kesenian yang datang dari negeri lain. Perlu kita tahu di era globalisasi ini mereka (orang
barat) berusaha untuk menciptakan persepsi yang sama secara internasional di mulai dari masalah ekonomi, politik dan budaya.
Maka diluncurkanlah berbagai macam media menggelar berbagai macam budaya asing di Indonesia. Maka budaya yang tidak sesuai dengan bangsa Indonesia dimasukkan kedalam
rumah tangga melali tayangan film- film di televisi. Kesenian itu mengandung suatu keindahan.
Di dalam hadist juga ada : “Sesungguhnya Allah SWT itu Maha Indah, senang keindahan” Sudah barang tentu keindahan yang dimaksud ialah, keindahan yang tidak melanggar
aturan-aturan yang telah digariskan oleh Allah SWT seperti wayang kulit itu merupakan cermin dari kehidupan manusia.
Cerita yang ditampilkan dalam wayang kulit ada kelompok orang-orang baik dan kelompok orang-orang tidak baik jelas H.M. Irsyad Yusuf. Kelompok Pandawa dan ada kelompok
Kurawa. Di kalangan Kurawa ada orang yang kerjanya suka mengadu domba. Ada tokoh Durna dan ada Sengkuni, sedangkan di Pandawa ada seorang raja yang sangat bijaksana yang namanya Yudistira yang penuh bijaksana mengatur negerinya. Wayang kulit itu merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional kita yang mungkin saja duluhnya dari India tetapi kemudian oleh Sunan Kalijaga selain sebagai seorang mubaligh juga seorang budayawan. Oleh karena itu wayang kulit dikemas dalam bentuk religius, Subkhan Allah, Sunan Kalijaga menampilkan cerita wayang yang menggambarkan bagaimana kehidupan orang yang baik dan bagaimana kehidupan orang yang jahat.
Orang jawa bilang : “Sing Becik ketitik, sing olo ketoro” (sekecil apapun kebaikan atau keburukan pasti akan kelihatan).
Di Al Qur’an juga ada mengenai budaya, “Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzurah (molekul) niscaya Dia akan melihat (balasannya) dan barang siapa mengerjakan kejelekan seberat Dzarrah niscaya dia akan melihat balasannya pula” (Q.S. 99 : 7.8) Allah menyatakan bahwa siapa yang mengerjakan anak baik sekecil apapun. Nanti akan diperlihatkan hal itu pada hari Kiamat dan menghadap pengadilan Allah SWT hari Kiamat.
Kesenian tradisional yang kita tampilkan akan menggugah jiwa kita. Rasa dan karsa kita untuk menuju keindahan yang berbudaya yaitu keindahan budaya Indonesia.
Mudah-mudahan akan ditemukan budaya luhur kita dimodifikasi tanpa merubah pakem-pakem dari kesenian itu sendiri. Dan anak-anak kita sudah bisa bermain samro. Sekarang
bagaimana menciptakan satu musik yang dilakukan oleh beberapa orang yang isinya menyanjung kebesaran Tuhan dan kebesaran Nabi-Nya. Ini sama seperti tembang-tembang Jawa yang dilakukan oleh sinden dan dalang. Semuanya mengandung ke Tuhan an, semuanya mengandung pelajaran moral yang sangat tinggi. Apa yang dimaksud oleh syair Lir-ilir dan sejenisnya membawah pesan-pesan moral. Kalau lagu Sewu Kuto itu artnya ketika orang jatuh cinta kepada manusia lainnya seperti itu hebatnya, teapi harus ada yang lebih kita cintai lagi melebihi segalanya cinta kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, jelas orang suka rokok Sampoerna Mild.
Cinta kita kepada Sang Maha Pencipta harus melebihi cinta kita kepada diri kita sendiri maupun keluarga kita dan harta kita. Kalau kita mencintai Tuhan, maka Tuhan akan mencintai kita semua. Betapa hebatnya kalau kita menjadi orang yang dicintai oleh Tuhan Yang Maha Kaya, Maha Pemberi dan Maha Pengampun. Oleh karena itu anak-anakku cintailah budaya Indonesia yang penuh dengan pendidikan moral Say No To Drugs, Belajar Oke, Diskusi Oke, Mengaji Oke. Himbau dari Bupati Pasuruan H.M. Irsyad Yusuf, SE saat memberi siraman rohani. (faj)

Posting Komentar

 
Top